Jumat, 07 Oktober 2011


Rabu, 05 Oktober 2011

#DDP Sampah di Perumahan Elit


Aku berjalan santai di basement fisipol sepulang kuliah sambil melihat ke kanan, kiri, depan, dan belakang untuk mencari hal yang menarik perhatianku. Sampai di tempat motorku diparkir, aku masih belum menemukan pemandangan itu. Kukendarai motorku menuju kost dengan jarum di speedometer menunjuk angka 30 km/jam sambil sesekali menengok ke kanan dan ke kiri. Hampir sampai di Jalan Gambir, aku masih belum menemukannya. Kost-ku terletak di Jalan Flamboyan tetapi aku memilih lewat Jalan Gambir supaya lebih cepat sampai. Melewati pekarangan di belakang kost-ku, aku menemukan pemandangan yang cukup menarik perhatianku. Sampah.
Aku tak pernah melewati jalan ini sebelumnya karena dilarang oleh Ibu Kost-ku. Katanya, jalan belakang agak rawan. Dibelakang kost-ku memang terdapat pekarangan yang tidak terlalu luas dan ditumbuhi rumput-rumput tinggi. Terpisah jalan paving, terdapat pekarangan yang tidak hanya ditumbuhi rumput, tetapi juga pohon-pohon besar dan tinggi. Ada tumpukan sampah di dua pekarangan tersebut meskipun menyebar di beberapa titik.
Tumpukan sampah ini cukup menarik perhatianku karena kost-ku berada di komplek perumahan elit yang hampir semua bangunannya bergaya mewah dan berpagar tinggi ditambah setiap hari, petugas kebersihan tak lupa mengangkut sampah yang ada dalam kotak-kotak sampah di setiap rumah. Ternyata masih ada juga orang-orang yang membuang sampahnya disembarang tempat sehingga menumpuk di beberapa titik. Ada juga bekas abu pembakaran sampah, rupanya jika sudah terlalu menumpuk dan berada dekat dengan jalan, sampah itu dibakar dan menyebabkan bau “sangit” dimana-mana. Sepertinya penghuni kostku yang terdahulu membuang sampah sembarangan juga karena ada titik pembuangan sampah yang dekat dengan tembok kost-ku. Dapur kost memang terbuka dengan teralis besi sehingga memudahkan penghuni kost untuk melempar sampahnya begitu saja sehingga menumpuk di dekat tembok.
Walaupun belum bisa dibilang tempat yang kumuh karena sampah-sampah tersebut belum berserakan dan masih dalam gundukan yang wajar serta belum menimbulkan bau yang menyengat karena sampah itu kebanyakan plastik, tetap saja hal tersebut mengganggu pemandangan orang yang lewat. Seharusnya Ketua RT setempat menghimbau kepada warga untuk tidak membuang sampah di pekarangan itu dan melarang untuk melakukan pembakaran sampah karena terlalu beresiko dengan pohon-pohon dan daun kering disekelilingnya. Ketua RT juga sebaiknya mengajak warga untuk bekerja bakti membersihkan sampah dan menumpuknya di satu titik agar keesokan harinya diangkut oleh petugas kebersihan.
Ternyata kesadaran masyarakat Indonesia untuk membuang sampah pada tempatnya masih cenderung rendah terbukti dengan adanya gundukan-gundukan sampah di banyak tempat tanpa menyadari apakah hal tersebut dapat mengganggu kebersihan dan kesehatan diri sendiri bahkan di perumahan elit sekalipun.